Friday, April 8, 2011

Qalbu Kaum Ariffin


Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Rasulullah Saw, bersabda: "Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian dilanjutkan puasa enam hari bulan syawal, maka ia seperti puasa setahun.”  (Hr. Imam Muslim)
Rahasia dari hadits ini adalah melaksanakan fardlu sepenuhnya, dan melaksanakan Sunnah Muhammadiyah, karena berkahnya dalam nilai waktu. Tak ada yang lebih penting dibanding meraih  berkah waktu bagi sang ‘arif. Baik ibadah fardlu maupun sunnah atau perpaduan keduanya, dan itulah puncak hasrat cita. Sunnah Nabi Saw, adalah ruh bagi sang ‘arif, disanalah ia tegak dan duduk, sekaligus menjadi menara bagi jiwa terdalam kaum ‘arifin.
Karena yang menegakkan tiang-tiangnya dan membangun bangunannya adalah Nabi Saw,  yang tidak bicara karena dorongan hawa nafsu, namun karena hentakan dari ayat “Mata hati tidak pernah menyimpang dan tidak pernah khianat.” Begitu juga para pewarisnya, kaum ‘arifin yang meraih berkah dengan mengikuti jejaknya, dimana ruh kita dan ruh semesta mendapatkan sarigunanya.

Qalbu Sang A’rif
Anak-anak sekalian…. Ketahuilah bahwa qalbu kaum ‘arifin adalah perbendaharaan Allah Ta’ala di muka bumi. 
RahasiaNya dititipkan di dalamnya, kelembutan-kelembutan hikmahNya, hakikat cintaNYa, cahaya ilmuNya dan ayat-ayat ma’rifatNya, yang tak bisa dilihat sekalipun oleh Malaikat Muqorrobun, dan para nabi dan Rasul, dan siapa pun juga, tanpa seizin Allah Swt.
Sudah selayaknya bagi sang ‘arif mengenal baik dan buruknya, senantiasa istiqomah dalam amaliyahnya, mengenal untung dan ruginya, menjaga dari rekadaya musuh-musuhnya, dan memohon pertolongan kepada Allah Swt, secara total.
Jangan sampai meninggalkan sesuatu di hatinya selain Allah Robbul Izzah. Karena Allah Ta’ala manakala memandang qalbu hambaNya, lalu disana ada selain Dia, Allah Ta’ala membenci dan menghinakannya dan ia akan diserahkan pada musuhNya.
Amaliyah qalbu murni semata bagi Allah Ta’ala, sedang amaliyah rukun banyak ragamnya. Sedangkan amaliyah qalbu itu diterima tanpa gerak-gerik rukun, sedangkan amaliyah rukun tidak diterima tanpa amaliyah qalbu, dan tidak meraih pahala.
Bila seorang hamba mengabaikan amaliyah qalbunya, sedangkan  dalam amaliyah rukun ia sempurna, ia hanya dinilai sempurnanya rukun tetapi bukan qalbunya. Namun jika amaliah qalbunya sempurna sedangkan amaliah rukunnya tidak, maka ia dihukumi ketidaksempurnaan rukunnya dengan kesempurnaan amaliah qalbunya.
Suatu hari Nabi Musa as, berjalan diantara Bani Israil menggunakan pakaian lap dan menaburi kepalanya dengan debu, sementara airmatanya menetes terus di pipinya.  Lalu Nabi Musa as, menangis kasihan melihat keadaan mereka. Beliau bermunajat, “Oh Tuhanku, kenapa tidak Engkau sayangi hambaMu? Bukankah Engkau Tahu keadaan mereka?”
Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as, “Hai Musa! Lihatlah, apakah perbendaharaanku melimpah, bukankah Aku Maha Penyayang? Jangan begitu. Namun Aku lebih tahu apa yang ada di hati mereka. Mereka berdoa kepadaKu dengan hati yang kosong dariKu, semata-mata condong pada dunia.”

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...